Kimono 着物
Kimono atau Wafuku merupakan pakaian tradisional Jepang yang konon katanya berasal dari pakaian tradisional China yang sudah di Jepangkan. Arti harfiah kimono adalah baju atau sesuatu yang dikenakan (ki berarti pakai, dan mono berarti barang).
Lihat gambar di atas yang merupakan contoh kimono... Ya ampuuunnn.... bikin ngilerrr... Saya paling suka yang gambar paling kanan bawah...!! kyaaaaaaaaaaa!!! hush!
Nah, kimono itu ternyata ada banyak macamnya loh. Saya pikir kimono itu hanya ada 2 tipe saja yaitu Kimono dan Yukata, eehhhh ternyataaaaa macamnya ada banyak sekali dan yukata termasuk salah satu jenis kimono! Saya saja baru tau perbedaan kimono dan yukata pada saat pelajaran Bunka Taiken alias Kebudayaan Jepang Praktis di kelas.
Pemakaian kimono itu ternyata memiliki simbol dan isyarat terselubung yang dikandung oleh setiap jenis kimono loh. Kimono memiliki tingkat formalitas yang berbeda dari pola tenunan dan warna. Sekarang, ayo kita lihat jenis-jenis Kimono!
Kurotomesode
Tomesode
adalah kimono paling formal untuk wanita yang sudah menikah. Bila berwarna
hitam, kimono jenis ini disebut kurotomesode (arti harfiah: tomesode hitam).
Kurotomesode memiliki lambang keluarga (kamon) di tiga tempat: 1 di punggung, 2
di dada bagian atas (kanan/kiri), dan 2 bagian belakang lengan (kanan/kiri).
Ciri khas kurotomesode adalah motif indah pada suso (bagian bawah sekitar kaki)
depan dan belakang. Kurotomesode dipakai untuk menghadiri resepsi pernikahan
dan acara-acara yang sangat resmi. So elegance...
Irotomesode
Ini adalah jenis kimono selanjunya. Tomesode
yang dibuat dari kain berwarna disebut irotomesode (arti harfiah: tomesode
berwarna). Bergantung kepada tingkat formalitas acara, pemakai bisa memilih
jumlah lambang keluarga pada kain kimono, mulai dari satu, tiga, hingga lima
buah untuk acara yang sangat formal. Kimono jenis ini dipakai oleh wanita
dewasa yang sudah/belum menikah. Kimono jenis irotomesode dipakai untuk
menghadiri acara yang tidak memperbolehkan tamu untuk datang memakai
kurotomesode, misalnya resepsi di istana kaisar. Sama halnya seperti
kurotomesode, ciri khas irotomesode adalah motif indah pada suso. Cantik sekali yaaa...
Furisode
Furisode
adalah kimono paling formal untuk wanita muda yang belum menikah. Bahan
berwarna-warni cerah dengan motif mencolok di seluruh bagian kain. Ciri khas
furisode adalah bagian lengan yang sangat lebar dan menjuntai ke bawah.
Furisode dikenakan sewaktu menghadiri upacara seijin shiki, menghadiri resepsi
pernikahan teman, upacara wisuda, atau hatsumode. Pakaian pengantin wanita yang
disebut hanayome ishō termasuk salah satu jenis furisode. kyaaaaaaa! ngileeeerrrr..... (*.*)
Homongi
Hōmon-gi
(訪問着, arti
harfiah: baju untuk berkunjung) adalah kimono formal untuk wanita, sudah
menikah atau belum menikah. Pemakainya bebas memilih untuk memakai bahan yang
bergambar lambang keluarga atau tidak. Ciri khas homongi adalah motif di
seluruh bagian kain, depan dan belakang. Homongi dipakai sewaktu menjadi tamu
resepsi pernikahan, upacara minum teh, atau merayakan tahun baru. Karena itu bila dilihat secara kasat mata, Houmongi ini terlihat lebih simple daripada jenis yang di atas sudah disebutkan.
Iromuji
Iromuji
adalah kimono semiformal, namun bisa dijadikan kimono formal bila iromuji
tersebut memiliki lambang keluarga (kamon). Sesuai dengan tingkat formalitas
kimono, lambang keluarga bisa terdapat 1, 3, atau 5 tempat (bagian punggung,
bagian lengan, dan bagian dada). Iromoji dibuat dari bahan tidak bermotif dan
bahan-bahan berwarna lembut, merah jambu, biru muda, atau kuning muda atau
warna-warna lembut. Iromuji dengan lambang keluarga di 5 tempat dapat dikenakan
untuk menghadiri pesta pernikahan. Bila menghadiri upacara minum teh, cukup
dipakai iromuji dengan satu lambang keluarga.
Tsukesage
Tsukesage
adalah kimono semiformal untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Menurut
tingkatan formalitas, kedudukan tsukesage hanya setingkat dibawah homongi.
Kimono jenis ini tidak memiliki lambang keluarga. Tsukesage dikenakan untuk
menghadiri upacara minum teh yang tidak begitu resmi, pesta pernikahan, pesta
resmi, atau merayakan tahun baru.
Komon
Komon
adalah kimono santai untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Ciri khas
kimono jenis ini adalah motif sederhana dan berukuran kecil-kecil yang
berulang. Komon dikenakan untuk menghadiri pesta reuni, makan malam, bertemu
dengan teman-teman, atau menonton pertunjukan di gedung.
Tsumugi
Tsumugi
adalah kimono santai untuk dikenakan sehari-hari di rumah oleh wanita yang
sudah atau belum menikah. Walaupun demikian, kimono jenis ini boleh dikenakan
untuk keluar rumah seperti ketika berbelanja dan berjalan-jalan. Bahan yang
dipakai adalah kain hasil tenunan sederhana dari benang katun atau benang sutra
kelas rendah yang tebal dan kasar. Kimono jenis ini tahan lama, dan dulunya
dikenakan untuk bekerja di ladang.
Yukata
Yukata
adalah kimono santai yang dibuat dari kain katun tipis tanpa pelapis untuk
kesempatan santai di musim panas.
Nah, sekarang sudah mengerti kan perbedaannya? Yang dari tadi kita bahas adalah kimono untuk perempuan. Laki-laki jelas memiliki kimononya tersendiri. Namun, jenis kimono pria tidak sebanyak kimono wanita yaitu hanya 2 jenis! Taraaaaa..!! Ayo kita lihat perbedaannya!
Kimono paling formal berupa setelan montsuki hitam dengan hakama dan haori.
Bagian
punggung montsuki dihiasi lambang keluarga pemakai. Setelan montsuki yang dikenakan
bersama hakama dan haori merupakan busana pengantin pria tradisional. Setelan
ini hanya dikenakan sewaktu menghadiri upacara sangat resmi, misalnya resepsi
pemberian penghargaan dari kaisar/pemerintah atau seijin shiki.
Kimono santai kinagashi
Pria mengenakan kinagashi sebagai pakaian sehari-hari atau ketika keluar rumah
pada kesempatan tidak resmi. Aktor kabuki mengenakannya ketika berlatih. Kimono
jenis ini tidak dihiasi dengan lambang keluarga.
Ini dia perbedaan dari kimono pria. Kimono pria membuat pria tampak gagah dan kimono wanita membuat wanita tampak anggun. Kimono merupakan pakaian adat Jepang yang masih sering digunakan masyarakatnya, berbeda dengan negara maju lainnya yang telah meninggalkan pakaian tradisional mereka.
sumber:
Yamanaka,
Norio (1982). The Book of Kimono. New York: Kodansha International,
p. 60. ISBN 0-87011-500-6 (USA).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar