Mangaka (漫画家)
Siapa
sih yang tidak tahu Manga? Semua pasti tahu dan diantara kalian pasti memiliki
ratusan komik di rumah atau bahkan kalian mengaku sebagai Otaku? Tapi, apakah
kalian tahu kehidupan seorang Mangaka? Nah, kali ini saya akan berbagi
pengetahuan tentang apa yang saya dapat di kelas Bunka Taiken hari ini. Topik
hari ini adalah Manga dan saya diberitahu dari sejarah, hingga cara membuat
Manga. Namun yang ingin saya bagi adalah pengetahuan tentang kehidupan Mangaka
yang sangat tertekan di Jepang. Seperti yang kalian tahu, Mangaka yang bisa
dijadikan profesi hanya di Jepang karena gaji yang tinggi dan peminat Manga di
Jepang sangat banyak. Tapi apakah kalian pernah bertanya bagaimana sih
kehidupan Mangaka?
Mangaka
atau bisa disebut penggambar komik/komikus, tentu harus memiliki keahlian dalam
bidang menggambar atau mengarang. Ia harus terus mengasah kreatifitas bila
ingin memiliki ide cemerlang untuk cerita berikutnya. Mangaka yang ceritanya
ingin diterbitkan, naskahnya harus diterima oleh Editor dalam suatu perusahaan
penerbitan. Sering kali Mangaka telah membuat naskah berlembar-lembar, namun
ditolak oleh Editor. Hal seperti ini adalah hal yang sangat sering terjadi dan
tidak membuat mereka patah semangat. Mereka terus mencari ide cerita yang
menarik dan memiliki nilai jual agar dapat diterima oleh Editor.
Apabila
naskahnya telah diterima oleh Editor, maka Mangaka tersebut telah menjadi
tanggung jawab Editor itu. Diterbitkanlah naskahnya di Majalah Mingguan/bulanan
seperti Shonen Jump. Lalu selama beberapa bulan dilihat ratingnya atau balasan
dari para pembaca. Bila balasan dari pembaca tinggi, berarti naskahnya diminati
dan Mangaka harus terus menggambar episode berikutnya dan harus mengumpulkan
naskahnya sesuai deadline. Mangaka yang mulai diminati pasti terus didorong
oleh editornya untuk membuat episode lagi karena Editor mendapat ‘bagian’ dalam
kerja keras si Mangaka, royalti. Bahkan saking ketatnya jadwal deadline, Editor
bisa sampai menginap di rumah si Mangaka untuk menjaga Mangaka tetap
menghasilkan karya. Dan saking terlalu sibuk menggambar, biasanya Mangaka tidak
ada waktu untuk mengurus diri sehingga Editorlah yang mengurusi pakaian hingga
makanan Mangaka. Bila Mangaka kehabisan ide, Editor juga yang kadang memberikan
idea tau inspirasi agar Mangaka bisa membuat karya lagi.
Kemudian
bila karyanya sudah mulai terkenal, barulah naskah dikumpulkan dan dijadikan
komik. Ketika karyanya mulai terkenal semakin sibuklah si Mangaka dan ia tidak
bisa bekerja sendirian sehingga ia membutuhkan asisten. Kadang si Mangaka hanya
menggambar sketch kasar, lalu ada asisten yang menebalkan, asisten yang
menghapus, dan sebagainya. Bahkan kadang, Mangaka yang sudah terkenal bisa
kehilangan kehidupan sosialnya, sehingga teman yang ia punya hanya Editor, dan
asisten-asistennya. Nah, bila ia sudah merasa klop dengan asistennya, ia bisa
saja membuat grup/tim dan membagi penghasilan dengan asistennya.
Berat
sekali ya kehidupan seorang Mangaka. Namun, Mangaka yang sukses bisa menghidupi
dirinya dengan penghasilan dari karyanya sendiri loh. Tapi jangan salah,
saingan Mangaka juga ada banyak sekali karena yang ingin menjadi Mangaka sangat
banyak dan mereka saling berlomba membuat karya yang bagus. Ganbatte, Mangaka!
sumber : Schodt, Frederik L.: Manga! Manga!: The World of Japanese Comics, Kodansha International, August 18, 1997, ISBN 0-87011-752-1
keren
BalasHapusAcung jempol deh
BalasHapus