Rabu, 19 Juni 2013

Dibalik Kehidupan Mangaka....


Mangaka (漫画家)


Siapa sih yang tidak tahu Manga? Semua pasti tahu dan diantara kalian pasti memiliki ratusan komik di rumah atau bahkan kalian mengaku sebagai Otaku? Tapi, apakah kalian tahu kehidupan seorang Mangaka? Nah, kali ini saya akan berbagi pengetahuan tentang apa yang saya dapat di kelas Bunka Taiken hari ini. Topik hari ini adalah Manga dan saya diberitahu dari sejarah, hingga cara membuat Manga. Namun yang ingin saya bagi adalah pengetahuan tentang kehidupan Mangaka yang sangat tertekan di Jepang. Seperti yang kalian tahu, Mangaka yang bisa dijadikan profesi hanya di Jepang karena gaji yang tinggi dan peminat Manga di Jepang sangat banyak. Tapi apakah kalian pernah bertanya bagaimana sih kehidupan Mangaka?



Mangaka atau bisa disebut penggambar komik/komikus, tentu harus memiliki keahlian dalam bidang menggambar atau mengarang. Ia harus terus mengasah kreatifitas bila ingin memiliki ide cemerlang untuk cerita berikutnya. Mangaka yang ceritanya ingin diterbitkan, naskahnya harus diterima oleh Editor dalam suatu perusahaan penerbitan. Sering kali Mangaka telah membuat naskah berlembar-lembar, namun ditolak oleh Editor. Hal seperti ini adalah hal yang sangat sering terjadi dan tidak membuat mereka patah semangat. Mereka terus mencari ide cerita yang menarik dan memiliki nilai jual agar dapat diterima oleh Editor.

Apabila naskahnya telah diterima oleh Editor, maka Mangaka tersebut telah menjadi tanggung jawab Editor itu. Diterbitkanlah naskahnya di Majalah Mingguan/bulanan seperti Shonen Jump. Lalu selama beberapa bulan dilihat ratingnya atau balasan dari para pembaca. Bila balasan dari pembaca tinggi, berarti naskahnya diminati dan Mangaka harus terus menggambar episode berikutnya dan harus mengumpulkan naskahnya sesuai deadline. Mangaka yang mulai diminati pasti terus didorong oleh editornya untuk membuat episode lagi karena Editor mendapat ‘bagian’ dalam kerja keras si Mangaka, royalti. Bahkan saking ketatnya jadwal deadline, Editor bisa sampai menginap di rumah si Mangaka untuk menjaga Mangaka tetap menghasilkan karya. Dan saking terlalu sibuk menggambar, biasanya Mangaka tidak ada waktu untuk mengurus diri sehingga Editorlah yang mengurusi pakaian hingga makanan Mangaka. Bila Mangaka kehabisan ide, Editor juga yang kadang memberikan idea tau inspirasi agar Mangaka bisa membuat karya lagi.



Kemudian bila karyanya sudah mulai terkenal, barulah naskah dikumpulkan dan dijadikan komik. Ketika karyanya mulai terkenal semakin sibuklah si Mangaka dan ia tidak bisa bekerja sendirian sehingga ia membutuhkan asisten. Kadang si Mangaka hanya menggambar sketch kasar, lalu ada asisten yang menebalkan, asisten yang menghapus, dan sebagainya. Bahkan kadang, Mangaka yang sudah terkenal bisa kehilangan kehidupan sosialnya, sehingga teman yang ia punya hanya Editor, dan asisten-asistennya. Nah, bila ia sudah merasa klop dengan asistennya, ia bisa saja membuat grup/tim dan membagi penghasilan dengan asistennya.


Berat sekali ya kehidupan seorang Mangaka. Namun, Mangaka yang sukses bisa menghidupi dirinya dengan penghasilan dari karyanya sendiri loh. Tapi jangan salah, saingan Mangaka juga ada banyak sekali karena yang ingin menjadi Mangaka sangat banyak dan mereka saling berlomba membuat karya yang bagus. Ganbatte, Mangaka!




sumber : Schodt, Frederik L.: Manga! Manga!: The World of Japanese Comics, Kodansha International, August 18, 1997, ISBN 0-87011-752-1

2 komentar: