Kamis, 20 Juni 2013

Asal Usul Sushi??

Tidaaaaakkk... Air liurku tidak terkontrol.....!!!! Siapa yang tidak tahu makanan satu ini... Sushi!! Sushi adalah makanan khas dari Jepang. Tapi, apakah sushi benar-benar berasal dari Jepang? Ayo simak cerita ini..














Versi sushi berasal dari Cina
Berabad-abad yang lalu proses mengawetkan ikan di temukan oleh bangsa Cina. Pada saat itu ikan tidak boleh busuk selama dalam pelayaran. Pengawetan ikan pun di lakukan dengan cara ikan di bersihkan, di potong fillet, ditaburi garam, dilapisi kain lalu di tiban beberapa batu agar jumlah udara di dalam nya mengurang. Lalu selang beberapa lama ditemukan cara yang baru yaitu dengan cara ikan di gulung bersama nasi dan di rendam di air cuka. Saat ikan siap di konsumsi balutan nasi dan cuka dibersihkan. tapi pada saat itu sempat terjadi bencana sehingga kekurangan panganan dan para konsumen pun memakan ikan bersama dengan nasi dan cuka nya. itulah salah satu versi cerita asal mula sushi dari Cina.

Versi sushi berasal dari Jepang
Versi yang lain mengatakan bahwa sushi berasal dari jepang. Awal mula nya di tahun 1800-an seorang koki besar bernama Yohei membuat pesta besar dan ternyata ia hanya mempunyai cadangan ikan yang sedikit. Yohei pun mempunyai akal dengan menyajikan potongan ikan tipis-tipis dari ikan beku. Setelah di cicipi oleh Yohei sendiri ternyata ikan beku menjaga rasa gurih ikan dan membunuh bakteri. Sejak saat itu sushi digemari di seluruh jepang dan Yohei pun membuat dua macam sushi yaitu “Edo” dan “Osaka”. Dalam perkembangannya sushi banyak dimodifikasi di daerah-daerah jepang hingga saat ini di modifikasi di seluruh dunia.

Nah loh??? Daripada bingung, kita baca perkembangan sushi dari masa ke masa yuk!

narezushi

Ini dia Narezushi yang dikenal sebagai sushi yang paling primitif! Konsep sushi kemungkinan diperkenalkan ke Jepang pada abad kesembilan, dan menjadi populer di sana sebagai penyebaran agama Budha. Praktek diet pengikut Budha yang pantang daging membuat banyak orang Jepang beralih ke ikan sebagai makanan pokok. Orang Jepang pertama kali mempersiapkan sushi sebagai hidangan lengkap, makan nasi difermentasi bersama-sama dengan ikan yang diawetkan. Kombinasi nasi dan ikan dikenal sebagai nare-zushi.


funazushi

Funa-zushi, dikenal sebagai nare-zushi, berasal lebih dari 1.000 tahun yang lalu di dekat Danau Biwa, danau air tawar terbesar di Jepang. Ikan mas yang dikenal sebagai funa tertangkap dari danau, dikemas dalam nasi asin, dan dipadatkan untuk mempercepat fermentasi. Proses ini mengambil setidaknya setengah tahun untuk menyelesaikan, dan hanya tersedia untuk kelas atas di Jepang sejak abad kesembilan hingga abad ke-14.



zushi mama nare

Pada pergantian abad ke-15, Jepang sdang berada di tengah-tengah perang saudara. Selama waktu ini, koki menemukan bahwa menambahkan lebih banyak nasi dan ikan akan mengurangi waktu fermentasi sekitar satu bulan. Mereka juga menemukan bahwa ikan acar tidak perlu untuk mencapai dekomposisi penuh untuk mencapai rasa yang enak. Persiapan terbaru ini disebut Zushi mama-nare.


Pada tahun 1606, Tokugawa Ieyasu, seorang diktator militer Jepang, memindahkan ibukota Jepang dari Kyoto ke Edo. Dengan bantuan dari kelas pedagang yang meningkat, kota ini dengan cepat berubah menjadi pusat kehidupan malam di Jepang. Pada abad ke-19, Edo telah menjadi salah satu kota terbesar di dunia, baik dari segi luas lahan dan jumlah penduduk. Di Edo, pembuat sushi menggunakan proses fermentasi dikembangkan pada pertengahan 1700-an, menempatkan lapisan nasi dibumbui dengan cuka beras bersama lapisan ikan. Lapisan yang dikompresi dalam sebuah kotak kayu kecil selama dua jam, kemudian diiris. Metode baru ini sangat mengurangi waktu persiapan untuk sushi.

nigirizushi

Pada 1820-an di Edo, seorang pria bernama Hanaya sering dianggap pencipta nigiri sushi modern. Pada tahun 1824, Yohei membuka warung sushi pertama di distrik Ryogoku Edo. Ryogoku diterjemahkan menjadi "tempat antara dua negara" karena lokasinya di sepanjang tepi Sungai Sumida. Yohei memilih lokasi dengan bijak, mendirikan kiosnya di dekat salah satu dari beberapa jembatan yang melintasi Sumida. Ia mengambil keuntungan dari "kecepatan fermentasi" proses yang lebih modern, menambahkan cuka beras dan garam untuk padi baru dimasak dan membiarkannya tergeletak selama beberapa menit. Dia kemudian menyediakan sushi dengan gaya tangan ditekan, topping bola kecil nasi dengan irisan tipis ikan mentah, segar dari Teluk. Karena ikan itu begitu segar, tidak perlu untuk fermentasi atau melestarikannya. Sushi bisa dibuat dalam hitungan menit, bukan dalam hitungan jam atau hari. Yohei "fast food" sushi terbukti cukup populer, kerumunan orang datang dan pergi di seberang Sungai Sumida. Nigiri menjadi standar baru dalam persiapan sushi.

yatai


September 1923, ratusan sushi gerobak atau yatai dapat ditemukan di sekitar Edo, sekarang dikenal sebagai Tokyo. Ketika Gempa bumi besar Kanto melanda Tokyo, harga tanah menurun secara signifikan. Tragedi ini menawarkan kesempatan untuk sushi vendor untuk membeli kamar dan memindahkan gerobak mereka di dalam ruangan. Segera, restoran katering untuk perdagangan sushi, sushi yang disebut-ya, muncul di seluruh ibukota Jepang. Pada tahun 1950, sushi hampir secara eksklusif disajikan di dalam ruangan.

penyajian sushi dalam ruangan

Pada 1970-an, berkat kemajuan pendingin, kemampuan untuk kapal ikan segar jarak jauh, dan perkembangan ekonomi pasca-perang, permintaan untuk premium sushi di Jepang meledak. Sushi bar dibuka di seluruh negeri, dan jaringan pemasok yang berkembang dan distributor membuat sushi tersebar ke seluruh dunia.





sumber : 

Corson, Trevor (2008). The Story of Sushi – An Unlikely Saga of Raw Fish and Rice. Harper Collins Publishers, New York, NY.

Makna Tersembunyi dalam Chanoyu

Chanoyu (茶の湯)

Kali ini, saya akan berbagi pengalaman saya dalam upacara minum teh yang saya lakukan pada pelajaran Bunka Taiken ( Kebudayaan Jepang Praktis ). Saya sejujurnya tidak pernah melakukan upacara minum teh sebelumnya. Bahkan melihatnya di video saja tidak pernah! Karena itu saya sangat bersemangat saat upacara minum teh berlangsung. Hehehe..


Arti kata Chanoyu sebenarnya adalah “air panas untuk teh”. Namun kemudian berkembang lebih luas menjadi upacara minum teh dalam tradisi Jepang, yang sangat dipengaruhi oleh Buddha Zen Itulah sebabnya, dalam chanoyu setiap peserta diharapkan mengalami ketenangan. Karena chanoyu sendiri dianggap sebagai bagian dari meditasi untuk mendapatkan keseimbangan jiwa/ketenangan diri. Tapi bukan berarti tidak boleh berbicara loh.. Boleh berbicara, tapi suaranya kecil yahh..


Dalam upacara ini, teh disiapkan oleh seorang ahli khusus. Istilah chanoyu sendiri bisa juga disebut chadou atau sadou. Untuk bisa menjadi ahli chanoyu, dibutuhkan pengetahuan mendalam tentang tipe teh, kimono, kaligrafi Jepang, ikebana dan berbagai pengetahuan tradisional lain. Itulah sebabnya tak sembarangan orang bisa menjadi ahli chanoyu, bahkan mungkin dibutuhkan proses belajar puluhan tahun. Dan bagi orang-orang yang ingin ikut ambil bagian dalam chanoyu pun diwajibkan memiliki pengetahuan etika yang berlaku dalam upacara ini. Hal ini tak mengherankan, karena chanoyu telah menjadi salah satu bagian paling penting dari tradisi Jepang.


Chanoyu biasanya diadakan pada sebuah ruang tertentu yang disebut chasitsu, ruang teh. Dan ada 2 jenis chasitsu, yaitu rumah teh, biasanya berupa bagunan sederhana yang kecil, terbuat dari kayu. Letaknya di area yang terpisah pada bagian yang tenang. Namun pada masa kini biasanya terdapat di kebuan atau taman. Yang kedua adalah ruangan teh, biasanya berupa ruangan kecil di dalam rumah, kuil, biara, sekolah atau bangunan lain, ruangan yang berada dalam suatu bangunan namun dikhususkan untuk upacara minum teh.


rumah teh

ruangan teh


Seperti yang diungkapkan oleh Shoshitsu (1997) mengenai wa-kei-sei-jaku bahwa wa berarti keserasian atau keharmonisan, keserasian di antara sesama manusia, antara manusia dengan alam, dan keserasian peralatan minum the dengan cara penggunaannya. Menurut konsep Wa, seseorang tidak menunjukan emosi dan tidak akan lupa sikap kerendahan hati, agar demikian ia dapat memperlakukan sesamanya sebagai diri sendiri. Kei / rasa hormat adalah kesungguhan hati dimana melepaskan kita untuk membuka hubungan dengan lingkungan yang paling dekat sesame manusia dan alam. Dimana saling menghargai dengan sikap sopan santun satu sama lain. Rasa hormat menuntut struktur sosial dalam upacara teh, untuk saling menghormati satu sama lain di antara peserta, terutama melalui dasar etiket minum teh. Sei / kemurnian adalah melalui tindakan yang sederhana dalam pembersihan adalah bagian yang terpenting dari upacara minum teh, baik dalam persiapan sebelumnya, menyajikan the yang sesungguhnya dan setelah para tamu pergi, membereskan kembali peralatan teh, serta pada saat penutupan akhir dari ruang teh. Tindakan seperti membersihkan debu pada ruangan dan membersihkan daun-daun yang berguguran dari jalan setapak pada taman dan semuanya merupakan tindakan pembersihan ‘debu keduniawian’. Jaku / ketenangan menurut Shoshitsu (1997 : 14) adalah sebagai konsep estetika khusus dalam upacara teh dengan melaksanakan ketiga prinsip utama yaitu keharmonisan, rasa hormat, dan kemurnian dalam kehidupan kita sehari-hari secara terus menerus.



Dengan menikmati teh sambil duduk seorang diri, dan merasakan jauh dari dunia, menyatu dengan irama alam bebas, bebas dari kebutuhan material dan kenyamanan fisik, peka terhadap kesucian dari segala sesuatu yang terdapat di sekitarnya, maka saat seseorang tersebut membuat dan menikmati teh dengan memikirkan guna mencapai keadaan mulia, akan memperoleh suatu ketenangan. Bagaimana? Penasaran ingin mencoba chanoyu?


sumber : animonster edisi 97

Rabu, 19 Juni 2013

Dibalik Kehidupan Mangaka....


Mangaka (漫画家)


Siapa sih yang tidak tahu Manga? Semua pasti tahu dan diantara kalian pasti memiliki ratusan komik di rumah atau bahkan kalian mengaku sebagai Otaku? Tapi, apakah kalian tahu kehidupan seorang Mangaka? Nah, kali ini saya akan berbagi pengetahuan tentang apa yang saya dapat di kelas Bunka Taiken hari ini. Topik hari ini adalah Manga dan saya diberitahu dari sejarah, hingga cara membuat Manga. Namun yang ingin saya bagi adalah pengetahuan tentang kehidupan Mangaka yang sangat tertekan di Jepang. Seperti yang kalian tahu, Mangaka yang bisa dijadikan profesi hanya di Jepang karena gaji yang tinggi dan peminat Manga di Jepang sangat banyak. Tapi apakah kalian pernah bertanya bagaimana sih kehidupan Mangaka?



Mangaka atau bisa disebut penggambar komik/komikus, tentu harus memiliki keahlian dalam bidang menggambar atau mengarang. Ia harus terus mengasah kreatifitas bila ingin memiliki ide cemerlang untuk cerita berikutnya. Mangaka yang ceritanya ingin diterbitkan, naskahnya harus diterima oleh Editor dalam suatu perusahaan penerbitan. Sering kali Mangaka telah membuat naskah berlembar-lembar, namun ditolak oleh Editor. Hal seperti ini adalah hal yang sangat sering terjadi dan tidak membuat mereka patah semangat. Mereka terus mencari ide cerita yang menarik dan memiliki nilai jual agar dapat diterima oleh Editor.

Apabila naskahnya telah diterima oleh Editor, maka Mangaka tersebut telah menjadi tanggung jawab Editor itu. Diterbitkanlah naskahnya di Majalah Mingguan/bulanan seperti Shonen Jump. Lalu selama beberapa bulan dilihat ratingnya atau balasan dari para pembaca. Bila balasan dari pembaca tinggi, berarti naskahnya diminati dan Mangaka harus terus menggambar episode berikutnya dan harus mengumpulkan naskahnya sesuai deadline. Mangaka yang mulai diminati pasti terus didorong oleh editornya untuk membuat episode lagi karena Editor mendapat ‘bagian’ dalam kerja keras si Mangaka, royalti. Bahkan saking ketatnya jadwal deadline, Editor bisa sampai menginap di rumah si Mangaka untuk menjaga Mangaka tetap menghasilkan karya. Dan saking terlalu sibuk menggambar, biasanya Mangaka tidak ada waktu untuk mengurus diri sehingga Editorlah yang mengurusi pakaian hingga makanan Mangaka. Bila Mangaka kehabisan ide, Editor juga yang kadang memberikan idea tau inspirasi agar Mangaka bisa membuat karya lagi.



Kemudian bila karyanya sudah mulai terkenal, barulah naskah dikumpulkan dan dijadikan komik. Ketika karyanya mulai terkenal semakin sibuklah si Mangaka dan ia tidak bisa bekerja sendirian sehingga ia membutuhkan asisten. Kadang si Mangaka hanya menggambar sketch kasar, lalu ada asisten yang menebalkan, asisten yang menghapus, dan sebagainya. Bahkan kadang, Mangaka yang sudah terkenal bisa kehilangan kehidupan sosialnya, sehingga teman yang ia punya hanya Editor, dan asisten-asistennya. Nah, bila ia sudah merasa klop dengan asistennya, ia bisa saja membuat grup/tim dan membagi penghasilan dengan asistennya.


Berat sekali ya kehidupan seorang Mangaka. Namun, Mangaka yang sukses bisa menghidupi dirinya dengan penghasilan dari karyanya sendiri loh. Tapi jangan salah, saingan Mangaka juga ada banyak sekali karena yang ingin menjadi Mangaka sangat banyak dan mereka saling berlomba membuat karya yang bagus. Ganbatte, Mangaka!




sumber : Schodt, Frederik L.: Manga! Manga!: The World of Japanese Comics, Kodansha International, August 18, 1997, ISBN 0-87011-752-1

Minggu, 16 Juni 2013

Iseng-iseng MUNGKIN Berhadiah !!

WASHI NINGYOU (和紙人形)


Washi Ningyou adalah boneka dari kertas. Washi ningyou ini berasal dari Jepang. (ya iya lah ya…) Sesuai dengan namanya washi yang berarti kertas Jepang dan ningyou yang berarti boneka. Tapi jangan salah, bahan kertasnya tidak harus dari washi kok, tapi bisa juga menggunakan kertas origami atau kertas kado. Bahan-bahan washi ningyou ini mudah sekali didapat, tapi cara buatnya menurut saya sih membutuhkan keuletan dan ketelitian. Tapi jangan takut! Siapapun pasti bisa kok membuatnya. Saya saja yang tadinya tidak bisa, jadi bisa karena diajari sensei saya di kelas Bunka Taiken. Mari kita sama-sama belajar cara buat washi ningyou yang sederhana!


 Ayo sediakan alat dan bahannya! \(^0^)/

1. Kertas karton putih untuk kepala dan leher
2. Kertas Scrap (gunting dengan ukuran 8cmx5cm)
3. Kertas kado, pilih warna cerah untuk kimono (gunting dengan ukuran 12cmx7cm)
4. Kertas origami (gunting dengan ukuran 7cmx2,5cm untuk tali obi)
5. Penggaris
6. Lem
7. Gunting



Nah, sekarang kita mulai buat ya...

1. Gunting karton putih membentuk lingkaran. Gunting pula karton membentuk persegi panjang kecil untuk leher boneka washi lalu rekatkan keduanya seperti pada gambar. Rekatkan sedikit bagian persegi panjang pada bagian belakang lingkaran.








2. Lipat sedikit bagian luar kertas kado yang sudah digunting sesuai selera kebagian dalam (nantinya, bagian ini akan membentuk kerah kimono). Lalu lipat lagi kebagian luar kimono dengan menyisakan sedikit bagian dalam (seperti membuat kipas-kipasan).





3. Rekatkan ujung lain leher kebagian dalam kertas kado yang telah dilipat. Rekatkan tepat dibagian tengah.











4. Lipat sisi kertas kado menjadi bentuk segitiga pada sisi leher washi dari kiri lalu ke kanan.
















5. Lipat sisi kiri dan kanan kertas kado kebagian dalam. (kiri ke kanan).















6. Rekatkan kertas origami berukuran 7cm x 2,5cm diatas kertas kado. Untuk boneka washi perempun, rekatkan sedikit kebagian atas, sementara untuk boneka washi lelaki rekatkan sedikit ke bagian bawah.
















7. Sementara itu, lipat kertas kado berukuran 7cm x 5cm menjadi dua bagian sama lebar, lalu lipat menyerong tepat dibagian tengahnya hingga membentuk huruf ‘v’.



8. Rekatkan kertas kado yang telah diipat menjadi pita dibagian belakang boneka washi (tepat dibelakang obi washi)



















Nah, boneka Washinya sudah hampir  jadi nih. Tinggal tambahkan rambutnya saja.
Untuk membuat rambut boneka Washi sebenarnya sesuai keinginan, boleh panjang, pendek, dikuncir, digulung, dikepang, dikonde, diapakan saja sesuai keinginan. Caranya tentu berbeda-beda. Tapi disini aku kasih cara simpel buat bikin rambut boneka Washi.


9. Rekatkan kertas krep dibagian belakang kepala boneka washi dengan menyisakan kertas krep pada bagian atas. Sehingga kalau dilipat kebagian depan, maka sisa itu akan membentuk poni washi yang mengisi hampir 3/4 bagian wajah boneka washi. Setelah direkatkan, lipat bagian kanan dan kiri rambut kebagian depan wajah boneka washi lalu lipat poninya dan rekatkan. tinggal kamu desain sendiri rambut seperti apa yang akan kamu tata untuk washi mu.




















Nah, jadi deh!!! Tidak sulitkan membuatnya?? dan kalau sudah jadi,, washi ningyou kamu bisa ditempelkan di amplop surat, kartu ucapan, cover buku, dan mungkin saja kamu bisa membuatnya menjadi pembatas buku dan bisa dijual! Wow......

Dari pada kalau lagi ga ada kerjaan kamu bengong, mending buat washi ningyou saja! Mungkin saja dari hobbymu ini, bisa dijadikan usaha... yahhh,, iseng-iseng,, berhadiah!!

Washi ningyou yang aku buat... hihihi.